Jakarta, AwakBerita.com – Sekitar 80 siswa di Raja Ampat dilaporkan mengalami dugaan keracunan setelah menyantap MBG (Makanan Bergizi Gizi) yang sediakan di sekolah. Kejadian ini memicu kepanikan di kalangan guru, orang tua, dan masyarakat setempat. Para siswa yang mengalami gejala mulai dari mual, muntah, hingga pusing segera mendapatkan penanganan medis darurat di fasilitas kesehatan terdekat.
Pihak sekolah langsung mengevakuasi siswa yang terdampak dan menunda kegiatan belajar sementara untuk memastikan keselamatan seluruh murid. Dugaan keracunan ini masih dalam tahap penyelidikan, sementara tim medis dan pihak berwenang bekerja sama untuk menilai penyebab pasti MBG yang dikonsumsi. Selain itu, kepala sekolah dan guru melakukan pendataan kondisi siswa untuk memastikan tidak ada yang mengalami gejala serius yang membutuhkan perawatan lebih intensif. Orang tua siswa pun minta untuk mengawasi anak-anaknya di rumah dan melaporkan jika gejala tambahan muncul.
Kronologi Dugaan Keracunan MBG
Kejadian bermula saat para siswa menyantap MBG pada jam makan siang. Beberapa saat setelah mengonsumsi makanan tersebut, puluhan siswa mulai merasakan gejala keracunan, seperti mual, muntah, pusing, dan perut kembung. Pihak sekolah segera menghubungi tenaga medis dan memindahkan siswa yang terdampak ke ruang kesehatan sekolah. Tim kesehatan lokal langsung memberikan pertolongan pertama, termasuk pemberian cairan rehidrasi dan obat-obatan ringan.
Sementara itu, beberapa siswa dengan kondisi lebih serius dirujuk ke rumah sakit di kota terdekat untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut. Pihak Dinas Kesehatan Raja Ampat juga turun tangan untuk mengambil sampel MBG yang konsumsi siswa dan melakukan pemeriksaan laboratorium untuk memastikan apakah makanan tersebut mengandung bahan berbahaya atau terkontaminasi bakteri. Langkah ini penting untuk menentukan penyebab pasti dan mencegah insiden serupa terjadi di masa depan.
Tindakan Sekolah dan Pihak Berwenang
Menanggapi dugaan keracunan ini, pihak sekolah langsung mengambil sejumlah langkah preventif. Pertama, menghentikan sementara distribusi MBG sampai hasil pemeriksaan laboratorium keluar. Kedua, guru melakukan pendataan kondisi seluruh siswa, termasuk yang belum menunjukkan gejala, untuk memastikan tidak ada yang luput dari pengawasan. Selain itu, pihak Dinas Kesehatan Raja Ampat bersama petugas keamanan melakukan investigasi lebih lanjut terkait sumber dan pengolahan MBG. Hal ini untuk memastikan bahwa tidak ada kesalahan dalam penyimpanan, distribusi, atau penyajian makanan yang bisa membahayakan siswa.
Upaya kolaboratif antara sekolah, tenaga medis, dan dinas terkait menjadi kunci agar insiden ini bisa tangani dengan cepat dan efektif. Pihak berwenang menekankan bahwa keamanan makanan sekolah menjadi prioritas utama agar kejadian serupa tidak terulang di masa mendatang. Dengan penanganan cepat, sebagian besar siswa sudah menunjukkan perbaikan kondisi, namun pihak sekolah dan Dinas Kesehatan tetap memantau kesehatan seluruh siswa hingga pastikan aman. Dugaan keracunan MBG di Raja Ampat menjadi pengingat pentingnya pengawasan ketat terhadap makanan yang sediakan di lingkungan sekolah untuk menjaga keselamatan anak-anak.