Jakarta, AwakBerita.com – Indonesia, sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, memiliki kekayaan alam yang melimpah. Namun, dalam beberapa dekade terakhir, kondisi lingkungan Indonesia semakin terancam. Fenomena gelap-terang yang sering kali terjadi di berbagai wilayah menunjukkan dampak buruk dari bencana ekologis yang semakin meluas. Polusi, deforestasi, serta perubahan iklim menjadi beberapa penyebab utama yang memperburuk keadaan. Bencana ekologis tidak hanya merusak ekosistem, tetapi juga berdampak langsung pada kehidupan masyarakat dan keberagaman hayati.
Gelap-terang, yang terjadi karena kabut asap atau polusi udara yang menghalangi sinar matahari, menjadi simbol dari krisis ekologis yang sedang hadapi Indonesia. Selain itu, kerusakan hutan dan rusaknya kawasan konservasi alam juga memperburuk kualitas hidup manusia dan satwa liar. Mari kita telaah lebih dalam tentang bencana ekologis yang terjadi dan bagaimana dampaknya terhadap lingkungan Indonesia.
Gelap-Terang: Simbol Polusi dan Krisis Lingkungan
Fenomena gelap-terang yang sering terjadi di Indonesia umumnya sebabkan oleh polusi udara yang berat, salah satunya adalah asap kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Setiap tahun, kebakaran hutan yang sering terjadi di Sumatra, Kalimantan, dan beberapa wilayah lainnya menyebabkan kabut asap yang menyelimuti kota-kota besar. Fenomena ini, yang juga kenal dengan istilah “seasonal haze”, mengarah pada bencana ekologis yang lebih besar, dengan dampak yang sangat merusak.
Kebakaran hutan yang sebabkan oleh aktivitas ilegal seperti pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit, pertanian, atau pemukiman ini, mengeluarkan partikel berbahaya yang dapat mencemari udara dan mengurangi kualitas hidup. Kabut asap yang menyebar ke seluruh wilayah ini menyebabkan berkurangnya visibilitas, gangguan pernapasan, hingga meningkatkan angka penyakit pada masyarakat, khususnya anak-anak dan orang tua. Lebih dari itu, bencana ekologis ini juga mengancam keberadaan flora dan fauna yang ada di hutan.
Selain itu, gelap-terang akibat polusi juga dapat merusak ekosistem laut. Pencemaran laut akibat sampah plastik dan limbah industri menyebabkan kerusakan pada terumbu karang dan habitat laut lainnya. Polusi cahaya juga mengganggu keseimbangan ekosistem malam hari, yang berdampak pada pola migrasi satwa dan kelangsungan hidup spesies tertentu.
Rusak Lingkungan: Dampak Polusi, Deforestasi, dan Perubahan Iklim
Kerusakan lingkungan Indonesia semakin parah akibat deforestasi yang terus berlangsung tanpa kontrol yang memadai. Pembalakan liar dan konversi lahan untuk perkebunan kelapa sawit serta pertanian menjadi penyebab utama hilangnya hutan-hutan tropis yang kaya akan keanekaragaman hayati. Setiap tahun, Indonesia kehilangan sebagian besar hutan hujan tropis yang seharusnya menjadi paru-paru dunia.
Hutan tropis Indonesia tidak hanya penting untuk menyeimbangkan iklim global. Tetapi juga sebagai habitat bagi berbagai spesies flora dan fauna endemik. Rusaknya hutan menyebabkan kehilangan habitat alami bagi banyak satwa, seperti orangutan, harimau Sumatra, dan berbagai spesies langka lainnya. Selain itu, deforestasi juga berkontribusi besar terhadap peningkatan emisi gas rumah kaca yang memperburuk perubahan iklim global.
Polusi udara, air, dan tanah juga semakin memperburuk kerusakan lingkungan. Limbah industri dan pertanian yang mencemari sungai dan danau menyebabkan kerusakan pada ekosistem air. Beberapa sungai besar, seperti Ciliwung di Jakarta, telah tercemar parah dan sulit untuk pulih. Sementara itu, polusi udara yang hasilkan oleh kendaraan bermotor dan industri di kota-kota besar mengancam kesehatan masyarakat serta meningkatkan jumlah penyakit pernapasan dan jantung.
Perubahan iklim yang picu oleh emisi gas rumah kaca juga berperan dalam memperburuk kondisi lingkungan Indonesia. Cuaca ekstrem, banjir, dan kekeringan yang lebih sering terjadi di beberapa wilayah menunjukkan dampak dari perubahan iklim. Tanaman pertanian yang bergantung pada pola cuaca yang stabil kini terancam gagal panen, sementara bencana alam seperti banjir dan tanah longsor semakin sering melanda.