Puan Desak Percepat Evakuasi Korban Banjir Bandang Sumut

Puan Desak Percepat Evakuasi Korban Banjir Bandang Sumut

Jakarta, AwakBerita.com Hujan deras yang mengguyur wilayah Sumatera Utara dalam beberapa hari terakhir berubah menjadi mimpi buruk bagi ribuan warga. Aliran sungai meluap, tanah tak lagi mampu menyerap air, dan dalam hitungan jam banjir bandang menyapu permukiman, merusak rumah, menenggelamkan kendaraan, serta memutus akses jalan di sejumlah daerah. Di tengah situasi genting itu, Ketua DPR RI Puan Maharani menyuarakan desakan tegas kepada pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan untuk mempercepat proses evakuasi korban dan memastikan bantuan darurat segera menjangkau warga terdampak.

“Keselamatan warga adalah prioritas utama. Tidak boleh ada yang tertinggal. Semua pihak harus bergerak cepat dan terkoordinasi,” tegas Puan dalam pernyataannya.

Evakuasi Jadi Prioritas Utama

Menurut Puan, langkah pertama yang tidak boleh ditawar adalah penyelamatan warga. Ia meminta tim SAR, TNI-Polri, BPBD, relawan, hingga pemerintah daerah bahu-membahu mempercepat evakuasi, khususnya bagi kelompok rentan. Seperti anak-anak, lansia, ibu hamil, dan penyandang disabilitas. Ia juga menyoroti pentingnya akses menuju lokasi pengungsian yang aman, ketersediaan perahu karet, ambulans, serta posko siaga yang siap menerima warga dengan kondisi darurat.

“Evakuasi tidak boleh terhambat oleh masalah teknis. Logistik dan peralatan harus cukup. Kalau perlu, libatkan semua potensi yang ada,” ujarnya.

Bantuan Harus Tepat Sasaran

Selain evakuasi, Puan menegaskan bahwa distribusi bantuan seperti makanan, air bersih, selimut, obat-obatan. Dan kebutuhan bayi harus dilakukan secara cepat dan merata. Ia mengingatkan agar tidak terjadi penumpukan bantuan di satu titik, sementara wilayah lain justru kekurangan. Distribusi bantuan dinilai harus berbasis data lapangan yang valid agar penyalurannya tepat sasaran dan menjangkau daerah yang paling parah terdampak banjir.

“Jangan sampai ada warga yang kelaparan atau tidak mendapat air bersih karena lambatnya koordinasi. Ini soal kemanusiaan,” tegasnya lagi.

Di lapangan, kisah-kisah haru bermunculan. Ada warga yang harus meninggalkan rumah dalam gelap gulita, menggendong anaknya sambil menembus arus deras. Ada pula yang hanya sempat membawa pakaian di badan. Tangisan, panggilan minta tolong, dan suara air bercampur menjadi satu dalam kepanikan malam itu. Namun di tengah duka, muncul pula solidaritas. Warga saling membantu, relawan berdatangan, dan aparat bekerja siang malam tanpa kenal lelah.

Evaluasi Jangka Panjang

Lebih jauh, Puan juga menekankan pentingnya evaluasi menyeluruh untuk mencegah bencana serupa terulang kembali. Mulai dari penataan ulang kawasan rawan banjir. Perbaikan sistem drainase, rehabilitasi hutan dan daerah aliran sungai (DAS), hingga edukasi kebencanaan bagi masyarakat.

“Banjir bandang bukan hanya persoalan cuaca. Ada faktor lingkungan yang harus dibenahi. Ini tugas jangka panjang negara,” katanya.

Banjir bandang mungkin telah merenggut banyak hal: rumah, harta benda, bahkan rasa aman. Namun satu hal yang tidak tenggelam adalah harapan. Desakan Puan Maharani menjadi pengingat bahwa negara tidak boleh absen saat rakyatnya menderita. Di tengah lumpur dan reruntuhan, warga Sumatera Utara menanti satu hal yang paling sederhana sekaligus paling penting: pertolongan yang datang tepat waktu.