MUA Dea Lipa Deni Apriadi: Bangkit dari Bullying Masa Kecil

MUA Dea Lipa Deni Apriadi Bangkit dari Bullying Masa Kecil

Jakarta, AwakBerita.com – Di dunia tata rias, nama Deni Apriadi, yang lebih kenal sebagai MUA Dea Lipa, semakin sering terdengar. Hasil riasannya yang rapi, flawless, dan penuh karakter membuatnya dipercaya banyak klien. Namun di balik penampilan percaya diri dan karya yang menawan, tersimpan kisah masa kecil yang tidak banyak diketahui orang—kisah tentang luka, keberanian, dan transformasi.

Deni tumbuh di lingkungan yang belum sepenuhnya menerima anak yang memiliki ketertarikan pada seni dan dunia kecantikan. Sejak kecil, ia sudah senang menggambar wajah, bermain warna, dan memerhatikan detail kecil pada ekspresi manusia. Namun ketertarikan itu justru membuatnya sering menjadi sasaran ejekan.

Ia kerap panggil dengan sebutan yang merendahkan, ejek karena anggap tidak “seperti anak laki-laki pada umumnya”. Beberapa teman sekolahnya bahkan melakukan intimidasi fisik. “Waktu itu rasanya setiap hari seperti ingin cepat-cepat pulang. Sekolah bukan lagi tempat belajar, tapi tempat bertahan,” kenangnya.

Meski terluka, Deni memilih untuk tetap dekat dengan hal yang membuatnya bahagia: seni.

Makeup Menjadi Jalan Pelarian

Saat remaja, ia mulai mengenal dunia makeup dari video tutorial dan majalah. Awalnya hanya sekadar iseng, namun lama-kelamaan makeup menjadi tempat ia menyalurkan perasaan, tempat ia merasa terima apa adanya.

“Setiap sapuan kuas adalah cara saya bicara. Makeup menyembuhkan saya dari rasa tidak percaya diri,” ujarnya.

Dari sana, ia mulai merias teman-temannya. Hasilnya membuat banyak orang terkejut—bukan hanya karena riasannya cantik, tapi karena sentuhan detail dan karakter kuat yang menjadi ciri khasnya.

Bangkit dan Menjadi Diri Sendiri

Perjalanan menjadi MUA profesional tentu tidak mudah. Namun Deni membuktikan bahwa masa lalu tidak harus menjadi batasan. Ia mengambil kursus, membangun portofolio, dan perlahan memantapkan nama “MUA Dea Lipa” sebagai identitas profesionalnya.

Kini, ia bukan hanya merias wajah orang lain, tetapi juga memberikan pesan positif kepada siapa pun yang pernah merasa tidak terima. Ia sering membagikan pengalaman pahitnya untuk menginspirasi orang lain agar tidak menyerah.

“Kalau dulu saya percaya kata orang yang merendahkan, mungkin saya tidak akan menjadi apa pun hari ini. Bullying itu menyakitkan, tetapi saya memilih untuk bangkit, bukan patah,” tuturnya.

Dari Korban Bully Menjadi Sosok yang Menginspirasi

Kisah hidup Deni Apriadi adalah pengingat bahwa bakat dan keberanian untuk menjadi diri sendiri bisa mengubah segalanya. Dari anak yang pernah direndahkan, kini ia menjelma menjadi MUA yang dihargai banyak orang, bahkan menjadi inspirasi bagi mereka yang juga pernah merasakan pahitnya bullying.

Dengan kuas dan warna, ia membangun kembali kepercayaan diri—bukan hanya untuk dirinya, tetapi juga untuk semua yang ia rias. Deni adalah bukti hidup bahwa luka masa lalu tidak menentukan akhir cerita.